– the moment he knew.

aurevoiruna
9 min readJul 31, 2023

--

This is exactly what happened before Tezar changed 180 degree towards Nata and just ‘left’ her like that.

“Nyonya Zhang tadi keluar ambil aja langsung di dapur. Kayaknya ada beberapa camilan juga, boleh sekalian ambilin?” ucap Nata cepat. Sebuah bentuk mengusir Tezar sebelum bulir air matanya menetes. Nata mendadak merasa emosional kala kembali membicarakan bagaimana rumah ini tidak pernah terasa seperti rumah sejak dulu. Bagaimana Nata tidak pernah merasa ‘pulang’ walaupun berada di rumahnya sendiri.

Tezar mengerti akan keadaan Nata. Ia tahu gadisnya tidak suka membiarkan sisi rapuhnya terlihat oleh orang lain bahkan kepada dirinya yang notabene sekarang sudah menjadi kekasih Nata. Pemuda itu mengalah dan langsung melangkahkan kaki keluar dari ruang santai tanpa sepatah kata pun lagi. Pandangan Tezar jatuh kepada deretan pigura pada dinding lorong yang menghubungkan ruangan santai dengan ruang tengah dimana para pelayan biasanya berjaga. Banyak sekali foto Natasha kecil bersama kedua orang tuanya namun anehnya, foto kakak laki-laki Nata seperti nihil ditemukan di antaranya. Alis Tezar tertaut begitu menyadari hal itu. Even though he already passed away is it necessary to throw away all of his photos?, batinnya heran.

Langkah kaki Tezar terhenti tepat di depan pigura terbesar yang tergantung di dinding lorong. Satu foto keluarga yang umum dipajang di setiap rumah. Ia mendapati kakak laki-laki Nata di dalam foto tersebut. Satu-satunya foto dengan sosok Louis Rutherford yang terpajang disini. Pandangan tajam Tezar memerhatikan figur Louis dengan saksama. Kenapa rasanya tidak asing ya? Padahal Tezar sama sekali belum pernah bertemu ataupun melihat fotonya.

“Tuan Muda?”

Tezar terperanjat bukan main kala suara mengejutkan itu entah muncul darimana. Seorang wanita yang terlihat sebaya dengan Nyonya Zhang – kepala pelayan keluarga Rutherford – sudah hadir di sampingnya. Tezar heran bukan main karena tadi seingatnya lorong ini benar-benar lengang bak tidak ada kehidupan. Masih dalam keterkejutannya, Tezar kesulitan mengeluarkan kata-katanya sebagai respon.

“Pasti Anda berpikir sesuatu tentang Tuan Louis ya? Kenapa dia tidak pernah terlihat di rumah ini?” sambung wanita itu.

Tezar menggeleng, “Gak. Saya tahu dia sudah pergi.”

Good for you if you know it well.” Kening Tezar mengeryit mendengar respon yang dirasanya janggal. Terlebih, nada suara wanita itu kurang mengenakkan.

“Nyonya Zhang dimana ya?”

“Sedang monthly grocery shopping, Tuan Muda. Saya yang menggantikan beliau untuk berjaga sekarang.”

Tanda tanya muncul dalam benak Tezar mendengar alasan tersebut. Mana ada orang yang belanja bulanan di tengah bulan seperti ini? Prasangka semakin memenuhi benak Tezar. Ada yang tidak beres. And he senses it really well.

“Boleh minta tolong antarkan minuman dan juga beberapa camilan? Nata sepertinya butuh.” Pemuda itu akhirnya memilih untuk mengakhiri pemikiran-pemikiran aneh dalam otaknya.

“Baik akan segera saya siapkan, Tuan Muda. Silahkan kembali ke ruang santai saja dan ditunggu.”

“Terimakasih Nyonya…” Tezar menjeda kalimatnya karena tidak tahu nama wanita di hadapannya itu.

“Nyonya Lim.” sambung wanita tersebut seraya melempar senyumnya yang lebar. Tezar tersenyum sekenanya, “Ah ya, Nyonya Lim, boleh saya tanya dimana toilet terdekat?”

“Ada di ujung lorong lantai dua, Tuan Muda. Toilet di lantai satu agak rusak dan sedang diperbaiki sekarang.” jelasnya. Tezar mengangguk, “Oke, once again thank you, Nyonya Lim.”

“Sama-sama, Tuan Muda. Jangan sampai salah buka pintu ya.” Nyonya Lim kemudian berlalu begitu saja setelah mengucapkan hal yang lebih terdengar seperti peringatan. Tezar menatap aneh punggung wanita yang berjalan menjauh itu.

Is there really something?, batin Tezar sendiri. Langkah kaki pemuda itu akhirnya mulai tergerak ke arah lantai dua. Kembali menyusuri lorong lantai dua yang terasa semakin senyap dan entah kenapa mencekam. Ia kini sungguh mengerti apa yang dimaksud Nata tentang rumah yang tidak pernah terasa seperti tempat pulang. Atmosfernya memang menyesakkan dan membuat gelisah.

Lorong lantai dua ini terdapat banyak pintu, berbeda dengan lorong lantai satu yang terasa seperti galeri foto keluarga Rutherford. Tezar rasa lantai dua memang menjadi kamar para tamu, gudang, atau apapun itu. Seluruh pintu tersebut tertutup dengan rapat seolah memang sudah lama sekali tidak pernah tersentuh.

Begitu hendak sampai di ujung lorong, ketika Tezar akan meraih gagang pintu terakhir yang ada di pojok lorong – yang mestinya memang kamar mandi, atensinya teralihkan ke arah satu pintu yang sedikit terbuka. Cukup janggal karena seluruh pintu yang lain tertutup dengan rapat.

Otak cerdas pemuda itu dengan segera merangkai seluruh kemungkinan yang ada. Peringatan Nyonya Lim dan pintu yang dibiarkan sedikit terbuka itu seolah memang mengundangnya untuk malah masuk. Dan Tezar yakin betul, pintu itu memang sengaja sedikit dibuka untuk membuatnya penasaran.

Letting his intrusive thoughts win, Tezar akhirnya melepaskan cengkramannya pada gagang pintu toilet dan memilih beranjak ke arah ruangan dengan pintu yang sedikit terbuka itu.

Tezar tertegun begitu pintu di hadapannya itu terbuka setelah ia mendorongnya dengan pelan. Pemandangan akan kamar yang jelas sekali dulu penghuninya adalah laki-laki karena cat dinding yang gelap, pajangan baju klub sepakbola kesayangan, dan juga foto sang pemilik kamar yang terlihat tersenyum lebar merangkul seorang gadis kecil – yang jelas adalah Nata kecil. Kesimpulan yang dapat cepat ditarik, ini adalah kamar Louis Rutherford.

Serasa dihipnotis, kaki Tezar membawa pemuda itu masuk dengan sukarela ke dalam kamar Louis. Netranya dengan cekatan mengamati sekitar. Jelas sekali, Louis begitu menyayangi Nata karena setiap sudut kamar ini bahkan dipenuhi oleh foto mereka berdua. Langkahnya terhenti di depan meja belajar kala pandangannya jatuh kepada satu buku jurnal yang secara canggung diletakkan di tengah meja belajar – yang juga jelas sudah lama sekali tidak dijamah. Seharusnya buku itu berdebu seperti barang lainnya jika memang sudah berada di tempat yang sama sedari lama. Jelas sekali, benda tersebut baru diletakkan disana, secara sengaja.

Pemuda itu akhirnya memilih duduk terlebih dahulu lantas tangannya terulur membuka jurnal tersebut. Tezar yakin sekali, ada sesuatu yang sebenarnya perlu disampaikan kepadanya. Lembar pertama begitu jurnal tersebut dibuka menampilkan nama pemiliknya. Louis Rutherford.

Beberapa lembar pertama jurnal berisikan kegiatan apa saja yang dilakukan Louis pada hari itu ditambah dengan satu bagian khusus tentang apa yang ia lakukan bersama Nata hari itu. Nampaknya, Louis memang sesayang itu dengan Nata hingga ia merasa harus selalu mendokumentasikan apa saja yang ia lalui bersama Nata setiap harinya. Tanpa sadar, sudut bibir Tezar terangkat pelan, menampilkan senyum hangatnya. Kayaknya Kak Louis memang sesayang itu sama Nata ya. No wonder she felt a huge loss when Kak Louis suddenly passed away, Tezar membatin sendiri seraya tangannya tak berhenti membalik lembar demi lembar jurnal itu.

Sorot mata Tezar menegang kala ia sampai pada lembaran baru yang memuat satu nama yang sangat familiar atau bahkan malah selalu tersimpan di dalam hatinya. Stefany Liu – yang tak lain adalah kakak dari Tezar. Pemuda tersebut hingga merasa perlu mengerjapkan mata beberapa kali, untuk memastikan dirinya tidak salah lihat. Hah kok ada nama Cici sih?

Jantung Tezar semakin berdegup cepat kala lembar-lembar selanjutnya kini juga memuat satu bagian khusus tentang apa yang Louis lalui bersama dengan Stefany setiap harinya. Hingga seluruhnya menjadi jelas ketika Louis menuangkan kalimat penuh kasih sayang satu lembar penuh untuk Stefany. Hari dimana Louis menyatakan segala perasaannya kepada perempuan itu.

Tezar menelan ludahnya sendiri untuk membasahi kerongkongannya yang mendadak terasa sangat kering. Nafasnya tercekat. Cici… pacaran sama Kak Louis?

Segalanya terasa menjadi masuk akal sekarang. Tezar jadi mengerti mengapa Cici dulu begitu tersiksa setiap kali bahasan terkait Louis Rutherford muncul ke permukaan. Dulu, Tezar hanya paham bahwa Louis Rutherford adalah saingan terberat kakaknya, ia tidak pernah tahu bahwa keduanya berteman dan bahkan memiliki perasaan satu sama lain yang mutual.

Ketegangan semakin mencengkram diri Tezar kala seluruh lembar selanjutnya selalu memuat catatan-catatan kecil aneh yang dibuat Louis. Beberapa info terkait diawasi dan hal-hal aneh yang menimpa dirinya. Jemari Tezar bergetar kala beberapa kali ia melihat detail yang dituliskan Louis terkait mobil penguntit. Seluruh detail dari mobil tersebut tak lain adalah kepunyaan keluarganya yang sudah lama tidak dipakai. Atau mungkin sudah dihibahkan kepada salah satu pekerja di kediaman keluarga Liu.

Ini.. omongan Cici yang aneh kemarin soal gue harus jadi the realest top one di nominee Oswald awardee apa karena.. Cici tahu Kak Louis bukan bunuh diri tapi dibunuh sama Pops? Biar peringkat Cici bisa naik? Biar gaada yang terluka?, Tezar merasa seluruh dunia rasanya runtuh. Apa iya… Pops is a killer?

Suara pintu tertutup membuat Tezar terlonjak dan segera menoleh ke arah belakangnya. Matanya membulat mendapati Nyonya Zhang sudah ada di depan pintu yang baru ditutup itu.

You’ve read all of them?” tanya Nyonya Zhang tanpa ambil waktu lagi. Langkah kaki yang mengetuk keras akibat heels, mendekat ke arah Tezar bagai teror.

“Kalau dilihat dari ekspresi Anda, sepertinya bagian paling penting dari jurnal itu sudah dibaca ya, Tuan Muda?” lanjut Nyonya Zhang karena Tezar masih membeku, dipenuhi keterkejutan. Nyonya Zhang kini sudah sepenuhnya berdiri di samping Tezar, “Jadi apa pendapat Anda soal ini?”

Go get yourself together, Zar!, pemuda itu menggelengkan kepalanya sendiri sebagai usaha mengumpulkan kesadaran diri.

“Saya yakin Anda sudah tahu sendiri apa kesimpulannya tanpa saya harus beritahu bukan?”

“Nyonya Zhang kenapa ada disini? Kata Nyonya Lim tadi, Anda sedang pergi berbelanja bulanan?”

Wanita sepuh itu cuma mengguratkan senyum tipisnya. “Well.. kalau saya disini berarti yang tadi bohong ya?”

“Apa tujuan sengaja menunjukkan seluruhnya kepada saya?”

Senyum Nyonya Zhang dalam sekejap lenyap. “Menurut Anda, apa yang berusaha Nyonya Besar sampaikan kepada Anda?” Pertanyaan terus dibalas dengan pertanyaan oleh Nyonya Zhang, tidak membiarkan Tezar mendapatkan jawaban secara mudah.

Tezar terdiam sejenak menyadari ia tidak akan bisa mendapatkan jawabannya secara mudah. Pemuda itu berusaha merangkai kata yang lebih baik untuk disampaikan. “Did.. my father kill him?” Panjang kalimat yang ada dalam benak Tezar terpangkas.

Nyonya Zhang menarik bangku lain dan mendudukkan dirinya berhadap-hadapan dengan pemuda berwajah pias itu. “As far as we’ve known the fact about it, yes. All facts still leads to Jake Liu, your father.

Jantung Tezar merosot jatuh ke dasar lambung. “But we also know that Jake Liu won’t ever that reckless if it’s about a murder. He always come clean.”

Mata Tezar melebar sempurna mendengar kalimat itu. Always come clean? There’s another murder that is done by Pops?

“Gak usah terlalu kaget, Tuan Muda. That’s a reality that you should face as the third richest clan in the world. Gak ada hal yang benar-benar bisa didapat dengan bersih. Perselisihan dengan bayaran nyawa juga sudah biasa terjadi. I just told you that because you seems very surprised about it. Guess you haven’t know yet about the real world.”

So what do you want? What does Mrs. Rutherford want from me?”

Isn’t it clear?”

Alis Tezar naik sebelah. Tidak mengerti dengan apa yang dimaksud Nyonya Zhang. Namun sedetik kemudian, ia menyadari sesuatu.

“Ah.. to stay away from Nata.” Suara Tezar begitu lirih karena kerongkongannya bak dihuni oleh bola berduri yang menyakitkan.

It’s all about Oswald awardee again, isn’t it?” Getir suara Tezar membuat Nyonya Zhang kini luluh juga dan ikut prihatin. Lapisan tipis bak kaca kini tercetak jelas di mata Tezar, hanya tinggal tunggu luruh.

“Dan juga seharusnya Anda merasa tidak pantas untuk tetap bersama Nona Nata ketika Anda tahu, keluarga Anda adalah pembunuh orang yang paling disayangi Nata, Tuan Muda.”

Tezar tersenyum pahit. Benar, dia tahu persis akan hal itu. Dan memang sedikit banyak dirinya merasa jijik karena telah menjadi bagian dari keluarga pembunuh, telah menjadi sebab Natasha kehilangan satu-satunya tiang penyangganya.

“Saya tahu.” balas Tezar setelah jeda beberapa lama karena pemuda itu susah payah mengumpulkan kepingan dirinya yang lebur karena fakta.

“Saya harap Anda juga mengerti posisi Nyonya Besar. Dia tidak ingin kehilangan seluruh anak-anaknya hanya karena penghargaan konyol itu.”

“Penghargaan konyol namun masih jadi obsesi Mrs. Rutherford?” sarkas Tezar. Nyonya Zhang tertohok.

“Bukti apa yang membuat kalian semua mencurigai keluarga saya yang membunuh Kak Louis?”

“Kecelakaan Louis terjadi setelah dia menerima undangan makan malam dari Jake Liu. Entah apa yang terjadi pada makan malam itu hingga nyawa Louis harus hilang.”

“Apa hanya karena Kak Louis habis makan malam dari kediaman saya menjadikan keluarga saya sebagai pembunuh?” Entah kenapa, ada bagian lain dalam diri Tezar yang tidak rela bahwa ia harus berhenti untuk tidak berada di sisi Nata lagi karena takdir menyedihkan ini.

“Ada beberapa bukti yang dihilangkan dari penyelidikan, Tuan Muda. Kami tahu itu salah satu langkah yang biasa dilakukan Ayah Anda untuk menutupi jejaknya.”

“Tapi tidak menutup kemungkinan kalau pihak lain yang melakukannya bukan?” Lagi, Tezar membantah setiap pernyataan dengan bertanya balik. Nyonya Zhang terkejut melihat bagaimana pemuda di hadapannya ini tidak langsung menyerah. Tidak seperti perkiraan Mrs. Rutherford.

Dering ponsel Tezar membuat keduanya sama-sama terlonjak dari perdebatan panas itu. Kening Tezar mengerut melihat nama peneleponnya. Salah satu pelayan kepercayaannya, Emily. Jika tidak ada yang sangat urgent, Emily tidak mungkin menghubunginya seperti ini.

“Sebaiknya Anda angkat lebih dulu, Tuan Muda. Sepertinya urgent.” saran Nyonya Zhang. Wanita itu kemudian bangkit dari duduknya, “Saya harap sekali lagi, Anda memikirkan posisi dan alasan Nyonya Besar. Saya permisi dulu.”

Suara dering terhenti tepat sebelum Tezar mengangkatnya. Denting berderet kemudian menyusul menandakan banyak pesan yang masuk. Terkait perjodohan dirinya dengan klan Zhang. Mata Tezar melebar sempurna. Sesaat, ia tertegun. Apa iya ini bisa jadi salah satu jalan agar Nata membiarkannya pergi? Tanpa perlu mengetahui takdir menyakitkan yang digariskan di antara kedua keluarga ini?

And that was the moment he knew, he won’t ever get to stay besides Nata anymore.

--

--

aurevoiruna
aurevoiruna

Written by aurevoiruna

kindly check my writings at twitter @aurevoiruna

No responses yet