— in a way, you’ll always be my safe zone.

aurevoiruna
4 min readOct 20, 2024

--

Sudah hampir 40 menit sedari Sena masuk ke dalam apartemen Sera dan menemani gadis itu untuk duduk di balkon apartemennya namun tak ada sepatah kata pun terdengar. Luckily, angin Jakarta hari ini cukup terasa sejuk dan bersih, tidak seperti biasanya. Full moon terang benderang menjadi ‘lampu’ temaram bagi mereka berdua karena Sera memang sengaja mematikan seluruh lampu di dalam unit apartemennya. Kebiasaan buruk Sera jika sedang overwhelmed akan sesuatu.

Tangan Sera memegang erat sendok kecil berisikan gelato rasa macadamia and honey kesukaannya dari toko kesukaannya. Perlahan, gadis itu terus menyesap gelatonya yang mudah mencair itu. Pandangannya kosong, dilempar jauh ke depan. Sena hanya bisa mengamati Sera dari samping, memuja muji dalam hati betapa cantiknya tunangannya ini dan bagaimana ia begitu beruntung masih bisa berada di sisi Sera. Sena tahu, cukup keberadaan dirinya yang menemani Sera tanpa sepatah kata apapun, yang bisa menjadi obat bagi permasalahan Sera sekarang.

“Aku jadi inget deh dulu pertama kalinya kamu dateng ke apartemen aku. Bawa es krim juga gara-gara denger aku kayak nangis.”

Sena tersenyum menyadari betapa bodohnya ia dahulu. Satu tindakan yang seharusnya cukup membuatnya sadar jika ia menyukai Sera dibandingkan Kayla. Karena ia sendiri bahkan tak pernah menjenguk Kayla separah apapun kondisi pacarnya itu dulu. Tapi, Kayla juga dulu selalu melarangnya datang sih memang. Ah entahlah, yang jelas, kemauannya untuk menjenguk Sera secara spontan jelas sekali sudah memberikan perbedaan.

“Kali kedua kamu dateng kesini, kamu duduk disini juga. The exact same spot. Kamu stress karena takut Mbak Kayla pergi.”

Sera lalu menoleh perlahan. Manik matanya bertemu dengan sinar mata Sena yang hangat dan menenangkan. “Sekarang, kamu dateng kesini takut karena aku bakalan pergi juga atau enggak?” tanyanya.

Sena mengulurkan tangannya dan mengelus puncak kepala Sera, “Rather than takut kamu pergi dari aku, aku takut kamu gak punya safest zone kamu untuk ceritain apapun hal yang ganggu kamu, bikin kamu capek sendiri sama pikiran kamu dan mungkin leads into another bad things that might happen and at the end me and your beloved ones lose you. So, I’m here, trying to be your safest zone. Dengan harapan, we also won’t lose you.

Inilah hal yang selalu membuat Sera tidak pernah berpikir dua kali untuk jatuh kepada Sena. Pemuda ini selalu mengutamakan perasaan seseorang yang selalu berada dalam masalah dan menempatkan posisi dirinya sebagai ‘bagaimana jika aku menjadi dia sekarang?’ lantas kemudian menawarkan bantuan yang tulus dan terasa bukan hanya untuk sekadar menggugurkan kewajiban sebagai orang yang harus ‘peduli’.

You’re always being my safest zone since day one, Kak. Dari kali pertama kamu gak sadar ninggalin semua kerjaan kamu cuma biar bisa checking on me, kamu udah jadi tempat aku bersandar tanpa aku sadari waktu itu.”

We’re dumb enough to realize about our own feelings.” tambah Sena. Sera tertawa pelan, “You’re right…”

“Aku kuat gak ya besok buat liat sidangnya Mama sama Papa?”

“Kuat donggg, besok kan terakhir ya?”

Sera mengangguk. “Don’t worry, pumpkin. Mama is safe. I already secured a way. There’s won’t be any surprises anymore. Papa gak mungkin berkutik lagi.”

Sera menatap Sena dengan penuh pertanyaan namun ia memilih untuk diam dan menyerahkan seluruhnya pada pemuda itu. Ia yakin otak brilian Sena akan memberikan solusi paling baik.

Hening kembali mengisi ruang antara Sena dan Sera. Gadis itu kembali melempar pandangannya jauh ke depan. Beralih dari tatapan Sena.

“Kak..” panggil Sera pelan.

“Ya, pumpkin?”

“Kamu kalau udah gak sayang sama aku lagi, just tell it in front of my face ya? Aku gamau ke depannya kamu jadi terpaksa buat menjalani pernikahan kita ke depannya. Atau mungkin kalau kamu masih ragu sekarang sama pertunangan kita. You can call it off.

“Kamu kok mendadak bilang gitu, Ra?” Sena sedikit tersentak dengan pernyataan gadisnya. Sera tersenyum miring, “Ya.. gimana ya.. I tried to hold back those bad thoughts about relationship but it’s just so hard karena Papa yang bikin trauma itu buat aku sekarang. Aku gamau dibohongin lagi, Kak.”

“Ditambah.. dulu kamu juga mempertahankan Mbak Kayla karena kamu merasa bertanggung jawab aja gitu just because she’s your girlfriend and you have nothing to protest?? Walaupun ternyata hati kamu waktu itu udah gak buat Mbak Kayla.” lanjut Sera. Gadis itu susah payah menelan ludahnya sendiri. Rasa takut mulai menguasainya kembali.

Pumpkin, can you look at my eyes now?”

Suara lembut Sena membuat Sera dengan sukarela menoleh, memaku tatapannya pada manik mata pemuda yang ia begitu sayangi itu. Tangan Sena terulur untuk meraih jemari Sera dan mengenggamnya erat.

I promise you that I won’t let you down. Seberapa banyaknya usaha aku untuk beralih dari kamu kayaknya gak akan pernah berhasil. Waktu kemarin aku lagi berusaha ngebujuk Alika dan pura-pura jadi someone that interested in her, mau sebesar apapun usaha aku buat jadi aku yang lagi ‘jatuh cinta’, itu susah banget, Ra. It’s not as easy as I fall for you.”

Sena menekankan kalimat terakhirnya beriringan dengan remasan pelan pada genggaman mereka. Sera berdehem sendiri karena merasa pipinya mulai memanas. Setiap kali Sena sedang berusaha meyakinkan Sera akan perasaannya, Sera sudah pasti jatuh lebih dalam bagi Sena. And if that repeats all the time, there’s no chance for her to get out from it.

And yes, she already trapped in it. In her abundant loves for Sena.

Can you hug me?” cicit Sera pelan. Sena tertawa renyah, “Anything for you, pumpkin.”

Sena dengan sigap menarik tubuh mungil Sera ke dalam dekapannya. Rasa nyaman langsung melingkupi Sera. Wangi oud yang samar telah bercampur dengan aroma khas pemuda itu, bak menjadi penenang bagi Sera.

Let me proof it to you ya, that we can walk this long path together until the end. Okay, pumpkin?”

Sera hanya mengangguk karena dirinya masih menenggelamkan diri memeluk Sena. Sena tersenyum lebar. Ia yakin sekali, tidak akan pernah ada yang bisa menggantikan Sera dalam hidupnya.

So, this is what pure love feels like.

--

--

aurevoiruna
aurevoiruna

Written by aurevoiruna

kindly check my writings at twitter @aurevoiruna

No responses yet