– reminiscing.

aurevoiruna
8 min readJul 15, 2023

--

Here.”

Sera menyerahkan satu gelas kertas berisikan cairan hitam kecokelatan. “Non dairy milk kok itu. Kata Kio lo lagi diet kan.” terang Sera tanpa diminta. Matteo memandang gelas di tangannya dan memandang Sera bergantian. Lantas senyuman tipis terulas di bibir.

“Lo malem ini nginep jagain nyokap?”

Sera mengangguk menanggapi pertanyaan Matteo. “Alright. Come, kita jalan muter dulu sebelum lo bosen di kamar rawat terus.” Matteo berjalan mendahului Sera. Gadis itu menaikkan sebelah alisnya melihat langkah pemuda di hadapannya terlihat pasti, seolah mengenal tempat ini dengan baik.

Matteo melambatkan langkahnya begitu menyadari langkah kecil Sera tidak dapat mengimbanginya. Untuk ukuran seorang model, tinggi Sera memang tergolong mungil namun tetap saja jauh lebih tinggi dibandingkan para gadis pada umumnya. Begitu Sera sudah berada di sampingnya, Matteo akhirnya kembali membuka percakapan, “Kapan nyokap lo boleh keluar rumah sakit?”

“Kalau kata dokter sih minggu depan harusnya udah boleh keluar.” jawab Sera seraya menyesap cairan hitam dari cup nya. Matteo mengangguk-angguk, “Berarti lo balik ke London minggu depan juga?” Sera mengangguk, “Headquarter udah nyariin gue terus. Gue udah ngerepotin beberapa staff juga karena informasi gak bisa cepet gue terima dan gue respons. Ada beberapa kerjaan yang memang guenya harus di kantor juga. Kayak testing gitu kan gak mungkin dikirim ke sini barangnya.”

Matteo terkagum, Sera masih menjadi pribadi yang selalu membuatnya terkesan. Sisi kerja keras dan juga giving her all towards something, selalu menjadi hal yang Matteo sukai dan kagumi. “Capek ya pasti?”

Sera hanya menyunggingkan senyum tipis, “Yaa, it comes in a package lah. Gue juga udah aware soal seberapa capeknya dan merasa masih sanggup jadi I took it. Kalau gak sanggup juga gak akan gue ambil kok.”

“Tapi pasti jadi lebih capek lagi karena nyokap lo sakit kan?” Genggaman Sera pada gelas kertas di tangannya itu mengerat. Matteo’s question just hit the spot. Benar adanya, Sera memang benar-benar drained dari sisi mental dan fisik karena menjaga Mama ditambah dengan segala masalah pekerjaan dan kehidupan pribadinya yang datang bertubi-tubi. Faktor Mama sakit tidak pernah masuk dalam perkiraannya ketika akhirnya memutuskan untuk mengambil kesempatan ini.

Melihat Sera yang menjadi tercenung itu, Matteo merasa agak bersalah karena sepertinya ia menyentuh titik yang seharusnya tidak ia sentuh. “Sorry. It just slipped away,” bisiknya pelan. Sera menggeleng, “Gapapa. Toh, it’s the truth.”

Langkah mereka akhirnya sampai di taman rumah sakit yang terlihat cantik pada malam hari, penuh dengan lampu temaram yang menghadirkan suasana hangat. Kondisi yang sangat kontras dengan keadaan rumah sakit, dingin dan muram. “Shall we sit here?” tanya Matteo begitu mereka melewati salah satu bangku taman. Sera mengangguk.

Waktu sudah menunjukkan pukul setengah duabelas malam, semilir angin mulai semakin dingin. Namun, Matteo dan Sera tetap memilih duduk disana karena entah kenapa, atmosfer taman ini memberikan kehangatan yang memeluk jiwa. Cukup mengherankan.

Taking care orang sakit memang gak pernah gak capek sih..” Matteo lagi-lagi menjadi pihak yang membuka percakapan karena sedari tadi Sera larut dalam pikirannya. Gadis itu sudah merasa cukup dengan nyaman duduk di sekitar pemuda tersebut. “Dulu Nenek sering banget dirawat disini sebelum akhirnya pergi. Sekitar 4 tahunan bolak-balik masuk rumah sakit, akhirnya Nenek gak kuat juga,” ujar Matteo.

“Ah.. that’s why you look like you’re familiar with this place.” gumam Sera mendapatkan jawaban atas pertanyaan sepintas dalam benaknya tadi. “Did I look like that?” tanya Matteo seraya menatap Sera di sampingnya. Sera mengangguk-angguk, “The way you led me, told me everything.”

Netra Matteo tidak dapat lepas dari sosok di sebelahnya ini. Sementara, Sera masih sibuk melempar pandangannya sendiri ke depan, tidak menyadari sepasang mata mengamatinya saksama dengan penuh harap sedari tadi. “Kalau sampe di tahap capek banget, jangan dipendem sendiri ya, Anne. It feels awful. Kind of self destruction.” Matteo mengingatkan. Sera hanya dapat tersenyum miring, “Semua orang juga lagi capek, Dam. Gue gak sampai hati buat membebani mereka sama rasa capek gue. I’ll let it sink away.

“Orang yang sayang sama lo gak akan ngebiarin lo ngerasa capek banget sendirian tanpa ngelakuin apapun buat bikin lo ngerasa lebih baik, Anne.”

Sera kembali tercenung. Kenapa ya semua omongan Matteo pasti bikin gue kepikiran langsung kayak gini?

“Kayaknya gak juga deh.” ucap Sera pelan, menyadari seberapa renggangnya hubungan dirinya dan Sena sekarang. Sera tahu ucapan Matteo sungguh betul, karena dulu Sena juga melakukan itu. Tidak pernah membiarkan Sera merasa sendiri ketika ia sedang di tahap paling lelah. Sena would do everything as long as Sera would also feel better. Tapi sekarang sudah tidak lagi. Sena lama-lama terasa seperti teman biasa yang jarang sekali melakukan kontak.

“Sena pasti gak akan ngebiarin lo sendiri pas ngerasa capek kan? I bet he will do anything for you to make you feel better.”

Senyum pahit Sera muncul. Sungguh, kenapa ya Matteo selalu bisa membuatnya tertohok? Hanya kebetulan tapi kenapa rasanya bisa berkali-kali?

“Dulu waktu gue harus ngurusin Nenek di tengah semua kechaosan gue kuliah, harus bolak balik Davis – Anaheim, gue beneran se capek itu. Bener-bener di titik I couldn’t even take care of myself. Nenek sadar sama hal itu. And she never let me alone to feel all of those awful feelings. Nenek bakalan selalu ajak gue ngobrol buat ngelepasin semuanya, tiba-tiba pesenin makanan kesukaan gue even if she needed to bother the nurse because she couldn’t place the order by herself, ngajak gue buat nganterin dia keliling keluar kamar inap, sama masih banyak lagi. Therefore, I think that’s why I still sane and never feel that tired when it came to take care of Nenek.”

How lucky you are.” Nada suara yang jelas menggambarkan rasa iri itu terdengar dari Sera. Matteo terkejut sendiri. Apa iya Sera beneran dibiarin ngerasa sendiri?

“Gue selalu terbiasa buat ngelakuin apa-apa sendiri, Dam. Until I met Sena. Well, jujur gue seneng banget karena akhirnya ngerasa ada tempat buat gue lean on tanpa harus merasa gue akan membebani dia karena dia sendiri yang bilang ‘please lean on me’. Tapi ternyata karena gue jadi terbiasa begitu, waktu orangnya gak ada, gue jadi ngerasa lebih hancur dibanding dulu ketika gue gak punya seseorang buat bersandar sih. And I hate myself because I let me to grow weaker.”

Matteo kini paham kondisi yang ada. Sena sepertinya memang mulai absen dari kehidupan Sera. Harusnya Matteo ikut senang karena ia memiliki kesempatan untuk setidaknya mendapatkan Sera kembali. Namun, nyatanya, ia jadi ikut merasa sedih karena orang yang disayanginya sedang sedih juga.

Benar kata orang, kalau sayang dengan seseorang, kamu akan memprioritaskan kebahagiaan orang yang disayang dibandingkan kebahagiaan diri sendiri.

I’m sorry to hear that, Anne.”

No need, Dam. Gue juga lagi coba berdamai sama diri sendiri kok sama meyakinkan diri kalau gue bisa banget ngelakuin apapun sendirian. Just like the way it used to be.”

You can lean on me kok, Anne.” ucap Matteo tiba-tiba. Sera otomatis menoleh dan mendapati netra Matteo sudah terarah kepadanya. Pandangan mereka bertubrukan. Little did she know, Matteo already lays his eyes towards her since forever.

Just like the way you let me in the past,” sambungnya lagi. Sera terhenyak. Ia menatap Matteo lamat-lamat, “You really cherish our past with your all ya..” bisik Sera, ia seolah tidak percaya akan apa yang ia dapati sekarang. Sera tidak pernah menyangka jika hal sederhana yaitu melindungi dan menemani Matteo kala mereka masih SD menjadi sesuatu yang akan selalu diingat oleh pemuda itu.

I will always cherish it. It’s a canon event in my life. And I become a better person thanks to you.”

Terharu. Hanya itu yang sanggup menggambarkan perasaan Sera sekarang. Ia masih menatap Matteo dengan tidak percaya. “You will always deserve my efforts and attention, Anne. I know that you might think do you deserve all of this just because your little help in the past, but I want you to know that you deserve it. Your little help means world to me.

Sera juga masih tidak menyangka jika pemuda di hadapannya sungguh masih mengenalnya luar dalam dengan baik walau mereka sudah terpisah belasan tahun. Apa iya Sera menemukan comfort zone nya yang lain?

Don’t you think you just stare at it for too long, Mr. Bagaskara?”

Suara itu menggugah Sena dari alam bawah sadarnya. Ia menatap lawan bicaranya dengan senyuman tipis yang terpaksa diulas untuk menyembunyikan perasaan aslinya. “What are you doing here, Ms. Shamara?”

Sena memang sedang berada di ruang meeting sendirian sejak tadi walaupun hari ini dia sama sekali tidak ada agenda meeting apapun. “Taking a quick escape, I guess?” Alika terkekeh sendiri lalu duduk di samping Sena. Pandangannya lantas jatuh pada kertas yang ada di tangan Sena. “Oh? Ini proposal iklan buat desainer wedding gown James Wang itu ya?”

“Iya.”

Alika terdiam sejenak mengamati perubahan air muka Sena yang menjadi muram. “Kenapa? Kok kamu keliatan sedih gitu?”

Sena menoleh terkejut, “Eh? Saya?”

“Iya lah, kamu. Siapa lagi yang aku ajak ngobrol disini? Orang cuma ada kamu.”

“Memangnya keliatan sedih?”

Alika mengangguk menanggapi pertanyaan Sena, “Kamu kepikiran Sera ya?” Tenggorokan Alika rasanya tercekat kala fakta kembali menampar dirinya. Bahwa ia telah jatuh untuk lelaki kepunyaan orang.

“Ah.. James Wang memang desainer kesukaan Sera. It’s her dream to have wedding gown designed by him. Bet she will like this one. Simple yet charming just like her.”

Gadis di samping Sena itu tersenyum kecut. “But well, I think she is reconsidering her choice to get married with me. Since things are getting complicated. Saya saja masih hanya bertunangan dengan Sera karena dia yang ingin menunda pernikahan.terang Sena kembali.

Dada Alika bergemuruh untuk satu perasaan yang tak seharusnya membuncah. Muncul keping harapan yang rasanya dapat gadis itu gapai kembali. Ah, apakah ini kesempatan untuk tidak menjadi yang kedua lagi?

“Oh ya? Kenapa dia nunda kalian buat nikah? Bukannya lebih cepat lebih baik ya?”

Sena mengendikkan bahunya, “I don’t really know the exact reason because she didn’t tell me. Tapi saya yakin alasan dia selalu masuk akal dan kuat.”

Bohong. Sena berbohong.

Pernikahan yang ditunda itu memang kesepakatan kedua belah pihak karena mereka ingin mengejar karir terlebih dahulu. Mereka mendukung satu sama lain untuk mewujudkan mimpi mereka terlebih dahulu sebelum ada yang ‘membatasi’. Entah apa yang ada di pikiran Sena sekarang hingga pemuda itu sampai hati menyampaikan kebohongan.

“Kalau dia sayang sama kamu harusnya malah ingin cepat-cepat menikah gak sih?”

Lagi, Sena mengendikkan bahunya dengan air muka yang datar. Berusaha menutupi kebohongannya sendiri. Alika terlihat berpikir sendiri. Menerka apa alasan yang mungkin dipikirkan Sera, sebagai sesama perempuan.

“Tapi tetep sih, kalau someone that I love have proposed to me, I’ll ask him right away to marry me. Searching for every single church that available for holy matrimony. Buat masalah resepsi, belakangan aja.”

Sena tertawa dibuatnya lantas mengacak rambut Alika dengan gemas. Pipi sang puan entah kenapa mendadak memanas. “Yakin? Biasanya perempuan paling ribetnya sama masalah resepsi loh.” Sena mempertanyakan pernyataan Alika seakan-akan mengajak gadis di hadapannya itu untuk memikirkan dua kali rencana untuk menikah bersama.

“E-eh ya setidaknya bagi aku gitu sih. Gak tau yang lain.”

“Kayaknya yang bisa nikah sama kamu beruntung deh.” timpal Sena.

“Saya sedikit lagi beruntung sepertinya,” tambah Sena. Alika membulatkan matanya. Barusan maksudnya apa?

“Oh ya, katanya kemarin kamu mau ketemu Bunda aku kalau memang beliau lagi di Paris?” Alika buru-buru mengalihkan topik. Atensi Sena kini sepenuhnya tertuju pada Alika, “Your Mom is in town?”

Alika mengangguk, “Baru sampai tadi. She will sleep over in my apartment. Guess this week’s weekly meeting about music in my apart is on hold.”

“Weekly meetingnya ganti aja jadi ketemuan sama Bunda kamu. I’d love to talk with her. Siapa tahu saya jadi paham bagaimana caranya raising an amazing child like you.”

Lagi, wajah Alika memerah total hingga telinga. Buru-buru gadis itu berdiri karena sudah tidak bisa melakukan pertahanan terhadap dirinya sendiri dari serangan rayuan Sena. “I have to go. Anak-anak ada yang nyari aku. Ciao.”

Langkah berderap Alika menghilang kala pintu ruang meeting tertutup kembali. Sena mengusap wajahnya dengan kasar. Come on, Sen.. You got this. Bertahan sedikit lagi, sebentar lagi sampai ke tujuan kok.

--

--

aurevoiruna
aurevoiruna

Written by aurevoiruna

kindly check my writings at twitter @aurevoiruna

No responses yet