– puzzle piece.
Nata merebahkan dirinya di atas kasur lantas menutup matanya rapat. Hari ini adalah hari terakhir dari rangkaian lomba. Besok sudah merupakan hari bebas dimana peserta hanya akan diberi jalan-jalan gratis seraya menunggu pengumuman. Badan gadis itu rontok rasanya terutama karena memang cuaca Bali sedang kurang bersahabat untuknya. Terlalu panas dan berangin.
Pintu kamar terbuka, membuat Nata sedikit mengintip dari ekor matanya untuk memastikan bahwa hanya Arel yang memang masuk. Arel tersenyum ke arah Nata yang terlihat kelelahan, “Nih. Minum dulu. You look dehydrated.” Tangan Arel menyodorkan satu botol pocari ke dalam dekapan Nata.
Nata tersenyum tipis dibuatnya, “Thank you.”
“Gue denger-denger tadi presentasi lo keren banget. Pintu ruangannya rada gak ketutup rapet soalnya, ada yang bisa denger dari luar.”
Mata Nata terbuka total, kaget. Gadis itu sontak terduduk dari posisinya, “SERIUS? Aduh gue malu..”
“Kan kereeeen, ngapain malu sih? As per usual, klan Rutherford memang gaperlu diragukan ya kalau masalah akademik gini. I envy you.”
Sudut bibir Nata tertarik lebih tinggi sebelah, “You don’t want to be me, Rel.” cicit Nata pelan. Arel menaikkan sebelah alisnya, “Kenapa memangnya? You guys are genius, rich, has a good connection everywhere. That’s what everyone wants.”
“Having everything like what you said will be useless if you don’t have a real family in your life, Rel. Aku justru iri sama kamu. Keluarga kamu keliatannya adem banget. Aku suka nontonin konten keluarga kamu loh!”
Keluarga Wijaya — atau keluarga Arel — memang terkenal sebagai keluarga kompak dan hangat. Arif Wijaya yang dikenal sebagai jaksa yang adil bagi masyarakat, membuat keluarga ini semakin terkenal di kalangan netizen. Arel sebagai anak bungsu pun sering mendapat perhatian dari para netizen karena sosok cheerful nya seolah menjadi pemenuh dalam keluarga tersebut, seolah menyatakan bahwa didikan keluarga Wijaya memanglah tepat sasaran. Arel menatap Nata dengan ekspresi yang tak dapat dijelaskan, “Thank you udah suka nonton. But it isn’t as good as what you guys think.”
“Gak ada yang sempurna juga Rel di dunia ini jadi yaaa.. wajar lah.” balas Nata lantas ia kembali merebahkan diri dan memejamkan matanya. Jemari Arel saling tertaut, bingung ingin memulai darimana. Ada sesuatu yang masih mengganjal di dalam hatinya. Sesuatu yang sudah ia pendam sedari lama, bahkan jauh sebelum ia mengenal Nata seperti sekarang. Mereka memang pure baru bertemu di event OSN ini.
“Nat..” panggil Arel pelan.
“Kenapa, Rel?” jawab Nata sambil masih dalam posisinya yang sama. Arel yang terduduk di atas kasurnya sendiri, bergerak-gerak gelisah. “Kamu pernah ada kecurigaan kalau Kak Louis dibunuh kan?”
Nata sontak langsung membuka matanya lebar-lebar, ia kemudian menoleh ke arah Arel. Matanya menelisik ekspresi Arel yang gundah. Nata segera mengubah posisinya kembali, menjadi duduk di atas kasurnya dan menghadap ke arah Arel.
“Aku tahu kamu kayak masih nyimpen sesuatu dari kemarin, Rel. But I just let you go with it karena kamu kalau gak ngasih tahu pun pasti ada alasannya. Now what is it? Kamu tahu soal apa, Rel?”
Tezar sedari tadi hanya mengaduk-aduk makanannya terus menerus tanpa selera. Niana yang ada di hadapannya mulai kehabisan kesabaran, “Jangan dimainin terus makanannya, Zar. Sampe dingin gitu masih aja gak kamu makan. What’s wrong?”
“Nothing. Just finish your meal. I’ll wait.”
Niana merengut melihat Tezar hari ini sama sekali tidak memerhatikannya. Walaupun sepertinya ia tahu alasan di baliknya, ia hanya tidak mau menyakiti dirinya sendiri dengan melakukan konfirmasi fakta pada pemuda tersebut. Niana tahu jelas, Tezar pasti sedang memikirkan Nata dan Satria akibat gosip yang merebak tadi pagi.
“Are you planning on getting the Oswald scholarship, Zar?”
Atensi Tezar yang tadinya hilang entah kemana karena pandangannya terlihat mengawang jauh, mendadak kembali. Tatapan tajam khas seorang Tezar Novano kembali terarah pada Niana. Gadis itu bersorak dalam hatinya karena pada akhirnya ia berhasil meruntuhkan sikap acuh Tezar.
“Why you asked about that?”
“We all know that Liu’s clan and Rutherford’s clan always chase after being an Oswald awardee. Liu’s chase it for a pride and Rutherford’s chase it for the money and pride. We can’t deny that fact.” terang Niana. Tezar tidak membantah. Apa yang disampaikan Niana barusan memang sepenuhnya benar.
“I don’t know. Right after Cici chosen as an Oswald awardee, I hate the fact that she walked out from home and never return.”
“But you already knew the reason why she walked out from home right?”
Pupil Tezar bergetar. Niana menyeringai, “That’s why you chose to accept this matchmaking right?” Lagi, Niana menghujani Tezar dengan pertanyaan kala pemuda itu bahkan belum menjawab yang sebelumnya.
“Kamu takut klan Liu runtuh cuma karena keputusan yang ada di tangan kamu kan? You know that my family will open up your family’s crime. Bisa dibayangin kan gimana jatuhnya saham semua perusahaan ayah kamu kalau investor tahu kalau the Jake Liu that is known as a kind-hearted business man actually being the Jake Liu that murdered Rutherford’s child over a pride of Oswald awardee?”
“Stop right there.” peringat Tezar. Niana tertawa sinis, “Wah.. kalau dipikir pikir lucu juga ya Liu’s kan udah punya semuanya tapi masih aja ngotot buat bisa dapetin Oswald cuma karena mau dapet pride nya?”
Tezar sibuk memainkan ponselnya sendiri, tidak ingin mendengar ucapan Niana lebih lanjut. Gadis itu mendengus marah, “Kamu tahu kalau keluarga aku punya power buat ngehancurin semua klan Liu kan, Zar? You will still act this way? Ignoring me?”
“What do you want?” geram Tezar akhirnya menutup ponselnya, menatap Niana dengan kesal. “Give me all of your attention.” jawab Niana. Tezar memandang Niana dengan tidak mengerti, “You won’t die even if you don’t get my attention. What’s so special about it until you obssesed about that?” Nada suara Tezar jelas menggambarkan keheranan total.
Niana mulai jengah, “You’re right. Tapi perasaan di dalem sana yang bikin aku ngerasa mati dan gak hidup, Zar. You don’t know how awful it is. Being ignored by almost everything that you love.”
“This is non-sense.” balas Tezar cepat. Ia lantas berdiri, hendak meninggalkan Niana. “You’re really a cold-hearted one just like your dad. Jangan-jangan dulu lo juga ya yang masukin obat ke minuman Kak Louis waktu dia dateng ke rumah lo karena mendadak diundang makan malem sama ayah lo?” Niana mengganti ‘kamu’ menjadi ‘lo’ karena benar-benar sudah marah besar.
Pemuda itu menatap Niana dengan raut wajah yang tak bisa diartikan emosinya — khas seorang Tezar Novano. “I have to go,” Tezar hanya meraih ponselnya dan memasukkan ke dalam saku, tidak menghiraukan ucapan Niana barusan. Lalu pergi begitu saja meninggalkan Niana di tengah romantic dinner yang tadinya disiapkan oleh Tezar.
“Fuck.. if you still wanna act this way, I won’t let your clan live peacefully.”