– i tried so hard to understand, but i fail miserably.

aurevoiruna
7 min readJul 9, 2023

--

Nata sengaja menunggu di depan hall tempat acara pembukaan OSN dimulai. Ia ingin mencegat langkah Tezar yang sungguh tidak dapat ia hubungi sama sekali semenjak hari dimana kabar pemuda itu bertunangan dengan Niana mulai merebak.

Seluruh murid mulai berhamburan keluar dari hall setelah mereka sudah melewati rangkaian acara selama 3 jam yang cukup membosankan karena hanya berisi kata sambutan dan berbagai hal seremonial lainnya. Manik mata Nata bergerak cepat berusaha mengidentifikasi setiap orang yang melewati pandangannya kini. Jumlah peserta yang hampir ribuan ini sejujurnya membuat Nata pesimis bisa menemukan Tezar di antara lautan manusia tersebut. Namun, kala ia melihat pemuda dengan jaket khas kepemilikannya yang tak pernah berganti itu, Nata dengan cepat membelah kerumunan, berusaha mengejar langkah Tezar.

Tezar terlihat semakin mempercepat langkahnya. Sepertinya pemuda itu tidak menerima pesan dari Kenzo seperti apa yang Nata titipkan. Nata mendengus sebal, memang gabisa diandelin deh itu satu peers.

Nata tidak memanggil Tezar bukannya tanpa alasan. Ia takut pemuda itu dengan cepat menghindarinya lagi jika tahu mereka akan berpapasan. Sungguh, Nata kesulitan untuk tetap mempertahankan kecepatan langkahnya karena ia selalu tersendat akibat lalu lalang orang-orang yang sungguh acak-acakan. Sementara, Tezar terlihat semakin menjauh. Tak menyerah, Nata kembali mengejar pemuda itu. Ia merasa harus membereskan beban pikiran yang ada di benaknya kini, yang sungguh mengusiknya. Besok pagi ia harus bisa mengerjakan soal-soal olimpiade yang memeras otak, sangat tidak mungkin dikerjakan apabila Nata belum merasa mendapatkan ketenangan batinnya.

Lautan manusia akhirnya terlihat ujungnya, Nata sudah dapat berjalan dengan lebih nyaman. Ia masih terus mengikuti Tezar dari belakang. Kening gadis itu berkerut kala melihat pemuda itu berjalan menuju ke arah tangga darurat. Mau ngapain deh?, batin Nata kebingungan sekaligus panik.

Nata menghentikan langkahnya kala Tezar benar-benar masuk ke dalam area emergency exit. Gadis itu menunggu beberapa saat untuk memastikan jika pemuda itu tidak akan terlalu mengetahui keberadaannya sebelum Nata bisa menjangkaunya dan mencegatnya. Beberapa saat kemudian, Nata kemudian berjalan menuju ke arah pintu emergency exit tersebut.

Gadis itu terlonjak kala mendapati Tezar kini sudah berdiri di hadapannya dalam jarak kurang lebih dua meter, dengan tangan bersedekap di depan dada. Tatapan tajam dilayangkan pemuda itu kepada Nata. “E-eh.. Kok lo disini?” Nata yang gelagapan akhirnya mengeluarkan kalimat bodoh itu. Tezar tersenyum miring, “Don’t you are the one that following me around, Ms. Rutherford?”

I’m not??” bantah Nata keras. Tezar mengikis jarak di antara dirinya dan Nata, “You’re not?”

“Bukannya lo yang nyuruh Kenzo buat bilang ke gue kalau lo mau ngobrol? And now you act like you’re surprised to see me? Come on, don’t waste my time, Ms. Rutherford. Besok pagi-pagi gue udah harus di venue buat ngerjain tahap pertama.” lanjut Tezar lagi, membombardir Nata dengan kalimatnya kala gadis itu bahkan sedang kesulitan mencerna keadaan di sekitarnya sekarang.

Sungguh, rasanya kaki Nata sekarang seketika berubah menjadi jeli karena lemas menghadapi tatapan tajam Tezar yang menghipnotisnya sekarang. Ditambah rasa rindu yang tiba-tiba terasa meluap, Nata merasa dirinya luluh lantak. Seluruh hal yang telah ia rencanakan untuk disampaikan, menguap begitu saja.

Nata memalingkan wajahnya, sudah tidak sanggup menerima tatapan intens dari kekasihnya itu. Ah.. atau sudah tidak bisa Nata anggap kekasih karena kini nyatanya Tezar sudah menjadi tunangan orang lain?

Please stop right there!” pekik Nata kala melihat jarak Tezar dengannya semakin dekat. Tezar mengendikkan bahunya, “What if I don’t want to stop, kitten?” Suara rendah itu membuat Nata sungguh kehilangan akalnya. Ditambah pet name yang kembali ia dengar dari Tezar, Nata tidak bisa menahan dirinya untuk tidak semakin gila.

Stop! I have something to say. Please hear me out this time after you’ve been avoiding me for a while.”

Langkah Tezar terhenti kala ia mendengar getaran dalam suara Nata. Hatinya ikut gentar juga melihat keadaan Nata sekarang. Nampaknya, ia memang sungguh membuat gadis itu terluka akan aksinya.

But if you still stay beside me, you’ll get hurt more, Nat, setidaknya itu pendapat Tezar saat ini atas semua masalah yang sedang ia hadapi semenjak pertemuan perjodohannya dengan Nyonya Zhang.

Alright. I’ll stop.” Suara menenangkan itu kembali, seolah menggantikan persona cuek dan menyebalkan dari seorang Tezar Novano. Hanya Natasha Rutherford yang sanggup membawa perubahan drastis itu untuk pemuda tersebut.

So…” Nata menundukkan kepalanya, kegelisahan semakin memerangkap dirinya. Jemarinya saling tertaut gugup. “What is it?” tanya Tezar lagi, masih dengan suara setenang air menggenang.

Why you just walk away like that, Zar?” Suara Nata mendadak parau. Tezar menelan ludahnya sendiri. Hatinya mencelos mendengar suara Nata yang jelas, menahan sakit yang mungkin dipendam sendiri itu.

“Apa karena lo diancem sama Nyonya Zhang? Apa malah beliau yang ngancem bakalan ngapa-ngapain gue? Tell me, Zar. Don’t leave me hanging without any words.”

Sungguh, rasanya Tezar ingin langsung menghambur untuk memeluk sosok mungil kesayangan di hadapannya ini. Namun, ia tahu, ia akan semakin sulit menjalankan rencananya apabila ia juga masih attached dengan orang yang ia sayangi. He doesn’t want to risk something bigger anymore.

“Gak. Bukan kok. Memang gue mau aja.”

Nata tertawa miris mendengar jawaban Tezar. Hatinya langsung hancur berantakan. Ia mengangkat kepalanya lantas menatap pemuda tanpa hati di hadapannya tersebut dengan nanar. “Mau? Seorang Tezar Novano yang anti-romantic secara sukarela mau dijodohin? Without any spesific reason? Lo bisa bohong lebih bagus gak sih? Even if I just know you not long ago, gue tahu hal paling basic soal lo, Zar.” sinis Nata.

Tezar mati-matian mengontrol ekspresinya untuk tetap terlihat datar dan tak menunjukkan emosi apapun yang sedang bergejolak di dalam batinnya. “People changed, Nat.” jawab Tezar singkat. Nata menggeleng-gelengkan kepalanya, menolak keras jawaban itu, “But not drastically like that, Zar. Manusia gak akan bisa berubah se ekstrem itu.”

But I do. Sekarang kamu udah liat buktinya kalau people can change drastically.”

Fuck..” maki Nata sendiri karena muak dengan segala perbincangan yang terasa seperti omong kosong ini. “Setidaknya kalau memang gitu, selesaiin dulu apa yang lo mulai. Setidaknya, kasih kejelasan buat gue juga kalau semuanya udah selesai.”

“Bukannya berita tunangan gue udah cukup ngasih tau lo?” Tezar bertanya balik dengan suara datar.

Nata melebarkan matanya sempurna, tidak percaya dengan apa yang baru saja ia dengar, “For god sake, lo beneran ngomong gini? Iya? Setelah lo tahu apa aja yang udah bersedia gud korbanin buat lo?”

“Lo belum korbanin apa-apa, Nat. That’s why I feel that this is still fair for you. Lo malah gak perlu korbanin apapun. Lo juga gak perlu capek-capek menjalani hubungan dengan penuh rasa was-was.”

Jemari Nata mengurut pelipisnya sendiri. Seluruh hal terasa seperti kabel kusut di dalam otaknya sekarang. Rasa-rasanya tidak ada yang bisa ia mengerti dan ia dapatkan dari perbincangan ini.

I tried so hard to understand your position. I even made up lots of possible scenarios in my head about why you’ve done all of these things. But I guess I failed, miserably.” Nata kembali tertawa pahit dalam akhiran kalimatnya. Apakah memang tidak ada yang bisa dipercaya di dunia yang fana ini?

“Yaudah. I got your message loud and clear. We broke up and I’ll walk away from you.” putus Nata, berusaha tegar. “Lo beneran gak ngelakuin ini karena alasan lain kan, Zar?”

Tezar menggeleng, “Nope.” jawabnya cepat. Nata mengangguk-angguk lagi. Ia berusaha mengembangkan satu senyuman terakhir. Untuk perpisahan. Nata juga mengulurkan tangannya, “Well, thanks to you, untuk pertama kali dalam hidup gue, gue ngerasain ada seseorang yang berpihak ke gue selain Kak Louis, Zar. It’s still vivid about how you tried to save me from Mami’s anger everytime I got into troubles. I’m glad that we crossed each other path.”

Kepalan tangan Tezar mengerat, berusaha meredakan segala macam emosi dalam batinnya. Namun, ekspresi wajahnya masih tetap datar. “You’re welcome.” balas Tezar, lagi-lagi singkat, kembali berubah menjadi acuh. Ia menjabat tangan Nata sekilas.

“Udah gaada yang mau lo omongin kan?” Nata tertampar kenyataan kala mendengar nada pemuda di hadapannya semakin acuh. “Gak ada.”

Alright. Good luck buat besok, Nat. I know you’re gonna nailed it.”

Nata cuma dapat memaksakan seulas senyumnya lagi, “Thanks. Same goes for you.”

Tezar lantas tanpa mengucapkan sepatah kata apapun lagi, langsung membalikkan badan, hendak keluar dari daerah emergency exit tersebut. Mendadak, Nata mengingat satu hal penting lagi yang ingin ia tanyakan kepada pemuda itu. Satu hal penting yang rasanya krusial bagi Nata.

“Zar, nama Cici lo siapa?”

Langkah Tezar terhenti total begitu mendengar pertanyaan Nata, “Kenapa memangnya?” ucapnya tanpa sama sekali memiliki niatan berbalik agar dapat berbicara menghadap ke arah Nata.

“Dulu dia anak olimpiade juga?” Nata tidak menghiraukan pertanyaan balik dari Tezar. “Memangnya kenapa?”

“Apa Cici juga Oswald awardee di 6 tahun lalu?” Tezar akhirnya membalikkan badannya dan menatap Nata dengan menyelidik, “What is it? Kenapa lo tiba-tiba penasaran soal itu?”

Sekilas, Nata dapat melihat kilat kepanikan dalam mata pemuda itu. Is there really something wrong between Kak Stefany sama Kak Louis in the past?

Why are you coming after my sister?” geram Tezar galak. Ia memandang Nata dengan perasaan tidak suka dan cukup… defensif.

Nata mengeryit melihat reaksi Tezar yang di luar dugaannya itu, “Why are you mad?”

Mendengar pertanyaan itu, Tezar seperti tersadar. Terburu, ia kembali mengontrol emosinya. Ekspresi wajahnya menjadi datar lagi. “I’m not.” bantah Tezar. “You are, Mr. Liu.”

This is non sense. Gue mau balik ke hotel dulu.” Tezar kini sungguh langsung menghilang di balik pintu darurat itu. Debaman pintu tertutup menghentak satu pertanyaan besar dalam benak Nata. Hal yang ia pikir tidak akan terjadi, sepertinya malah menjadi fakta paling jelas.

“Apa yang lagi lo sembunyiin dari gue, Zar?” desis Nata curiga.

--

--

aurevoiruna
aurevoiruna

Written by aurevoiruna

kindly check my writings at twitter @aurevoiruna

No responses yet