– i keep you close.

aurevoiruna
5 min readSep 11, 2023

--

“Kenapa lagi?”

Pertanyaan itu menggugah Natasha yang sedang larut dalam pikiran sendiri setelah menyelesaikan chatnya dengan Mami. Pikirannya dipenuhi dengan juta pertanyaan yang bermuara pada satu topik utama.

Apakah benar Tezar adalah dalang di balik semua ini? Dengan kemungkinan bahwa pemuda itu berusaha membayar lunas kompensasi dosa yang dilakukan keluarganya kepada klan Rutherford?

Pandangan Nata kemudian jatuh kepada sumber suara tadi. “All of the news that is coming out.. Is it true, Kak?”

About your brother’s case?”

Nata mengangguk sebagai tanggapan. Noah mengendikkan bahunya, “Sorry, Nat. I don’t know about it either. I’ll definitely tell you about it if I know..”

Right,” Nata menghela nafasnya berat. Raut wajahnya kuyu.

“Kepikiran banget ya pasti.. Wajar kok, Nat. But enjoy your free time as much as you can before it gets stolen again.

Nata menggeleng, “Mau gimana pun aku gak akan bisa tenang sampai tahu kenapa Tezar ngilang gitu aja dan dia jelasin apa ngilangnya itu karena kasus ini.”

Kini, giliran Noah yang menghela nafas berat. “Tezar really takes a big part of your life ya, Nat?”

Nata tersenyum kecil mengingat bagaimana segala sesuatu di dalam hidupnya terasa lebih menyenangkan semenjak ia bertemu dengan Tezar walaupun pekerjaan mereka berdua hanyalah mengomel akibat kelakuan satu sama lain. “I guess so..”

He’s a form of happiness for you, ya?” Lagi dan lagi, Noah hanya menanyakan suatu pertanyaan yang sudah ia tahu jawabannya. Pemuda itu hanya tidak tahu harus bagaimana lagi untuk membuat Nata merasa lebih baik.

“Iya. Now that he’s gone, I feel like I just can’t feel joy anymore. Isn’t it miserable?” Senyum miring Nata mengungkap seberapa miris perasaannya sekarang.

“Semuanya hampa?”

Pertanyaan itu sukses membuat jemari Nata mengetuk tak beraturan di atas meja dan atensinya terkunci pada sosok Noah Liu di hadapannya. Mereka sedang menghabiskan waktu santai bersama di sore yang cerah ini di student cafe yang berada di sekitar Harvard. Nata memilih tidak mengikuti rombongan tur jalan-jalan di vacation day – yang merupakan rangkaian acara olimpiade – karena lebih suka menghabiskan waktu dengan berjalan-jalan sendirian. Namun, tentu saja, Noah tidak akan membiarkan gadis itu sendiri.

I guess so..” cicit Nata pelan. Ia lantas menggelengkan kepalanya sendiri karena pikiran untuk mengakhiri semuanya sendirian, kembali tercetus. “Sebenarnya, gak apa-apa, Nat. Pasti ada fase dimana kamu gak bisa merasakan apapun karena overwhelmed sama hal lain. And it’s totally fine, Nat. Jangan terus kamu sabotase diri sendiri dengan berpikir kalau gak merasakan apapun berarti hati kamu udah rusak. Padahal sebenarnya kamu lebih baik-baik saja dibanding yang kamu pikirkan.”

Nata kini mengalihkan pandangannya. Merasa ucapan Noah benar-benar tepat mengenai hatinya dengan telak. Noah menghela nafasnya pelan melihat gadis di hadapannya benar-benar terlihat kebingungan dengan perasaannya sendiri. And he can’t do anything about it.

Guess you really need time to be alone.”

I’ve told you earlier,” sahut Nata cepat, menanggapi pernyataan Noah. Pemuda itu bangkit dari duduknya, “Yaudah, kabarin aja kalau mau pindah tempat nanti.”

You can just go home sih, Kak. Don’t mind about me. Don’t make any excuse such as because of Tezar told you so. I feel so done about it.” Noah meringis mendengar protes dari Nata. “Alright, I’ll go to my flat. Just call me if you need anything.”

Bills on me ya Kak. Gak usah bayar for your coffee. I insist.” pinta Nata lagi, tegas memerintah. Membuat Noah hanya bisa tertawa pelan melihat bagaimana kelakuan Nata kalau sudah tidak mau dibantah.

Alright, little girl boss.”

Noah melayangkan dua tepukan lembut di puncak kepala Nata lantas pergi. Nata kembali tercenung setelah siluet Noah hilang dari pandangannya. Untuk beberapa saat, gadis itu larut kembali dalam pikirannya.

Did I really think about him that hard until I can see his silhouette or he’s just really here?” gumam Nata begitu ia menyadari dapat melihat bayangan Tezar dari pantulan kaca cafe yang ada di hadapannya. Kursi Nata duduk memang menghadap ke arah kaca lebar yang membatasi bagian dalam cafe dengan smoking area. Kaca yang tidak terlalu jernih itu karena lapisan tipis kaca film itu membuat pemandangan di belakang Nata sedikit banyak terlihat lewat pantulan di dalam kaca.

Siluet Tezar yang hobi memakai hoodie hitamnya dan kacamata hitam khasnya itu samar-samar terlihat lewat pantulan kaca. Nata menggelengkan kepalanya sendiri berusaha mengenyahkan ilusinya. “Sekangen itu ya lo sama dia, Nat?” Gadis itu mengasihani diri sendiri.

Namun, setelah menggelengkan kepalanya, Nata masih dapat dengan jelas melihat siluet tersebut. Ia lantas memejamkan matanya rapat-rapat dan mengucek mata setelahnya. Untuk memastikan itu bukan sekadar ilusinya. Mata Nata melebar kala ia melihat siluet yang tadinya duduk di beberapa meja di belakangnya tersebut, mendadak bangkit pergi.

Nata lantas menoleh ke belakang dan mendapati punggung yang rasanya begitu ia kenal posturnya, berjalan keluar dari cafe dengan cepat. Terburu, Nata juga bangkit dari duduknya, berlari ke arah kasir untuk membayar pesanannya dulu sebelum mengejar orang tersebut.

Your bill is already paid, Miss.”

By whom?” Suara Nata tergetar karena panik ingin cepat-cepat mengejar orang tadi.

A man in sunglasses that sat over there just a while ago.

Detik itu juga, kaki Nata melemas total. Tangannya mencengkram pinggiran meja kasir karena limbung. “Also, he wants me to pass this message for you, Miss.

Belum selesai keterkejutan dalam hati Nata, kasir itu menyodorkan secarik kertas kecil, sebuah struk tanda beli. Mata Nata terasa memanas begitu netranya mendapati guratan tulisan tangan yang begitu familiar baginya.

I’m here, living my life happily and healthily more than ever. Sorry that I just left without any words, I just had to. Hope you will get your own happiness too now, Nat.

Kalimat sederhana yang tertulis di balik struk itu sanggup membuat air mata Nata jatuh berderai tanpa dapat ditahan, membuat kasir di hadapan Nata panik bukan main.

Is there anything I could help you with, Miss?”

Nata tidak menggubris pertanyaan itu dan hanya keluar dari cafe dengan keadaan porak poranda. Kenapa sih lo bener-bener dateng dan pergi sesuka hati lo, Zar?, batin Nata frustasi.

Without her noticing, Tezar yang berdiri dan sedikit bersembunyi di antara pilar-pilar besar toko di seberang cafe itu, terhenyak melihat bagaimana hancurnya gadis itu masih separah kala dulu ia memberikan tanda perpisahan di Bali. His heart starts to break slowly.

I just had to, Nat.. I just had to. Sorry..” bisik Tezar sendiri, suaranya begitu parau, menggambarkan seberapa hancurnya dirinya pun. Sama leburnya dengan Nata saat ini.

--

--

aurevoiruna
aurevoiruna

Written by aurevoiruna

kindly check my writings at twitter @aurevoiruna

No responses yet