– freeze.

aurevoiruna
10 min readOct 18, 2024

--

“Nona Nata, your taxi is waiting.”

Nyonya Zhang, kepala pelayan kediaman Rutherford, muncul di balik pintu kamar Nata. Gadis itu mengangguk seraya tergesa meratakan liptint di bibirnya. Begitu Nyonya Zhang hilang dari balik pintu kamar, Nata juga sudah selesai bersiap. Langkah kaki kecilnya terburu mengikuti Nyonya Zhang yang berjalan ke arah pintu depan.

“Mami kemana ya?” tanya Nata yang kini berjalan beriringan dengan Nyonya Zhang. “Bertemu client dan pergi ke studionya seperti biasa.”

“Mami ada titip pesan ke kamu?” Mami memang biasa menitipkan pesan wajib kepada Nyonya Zhang untuk mengingatkan Nata agar belajar beberapa materi yang sebelumnya sudah disiapkan wanita itu. Selalu ada pesan, tidak pernah absen sekalipun dalam 18 tahun Natasha hidup.

“Tidak ada, Nona.”

Nata menghentikan langkahnya, kaget. Ia melongo, terheran-heran. Ia menatap lurus dan memegang kedua bahu Nyonya Zhang, “Serius?”

Nyonya Zhang kikuk sendiri. Wanita paruh baya itu mengangguk. “Serius???? SERIUS?” Nata memastikan sekali lagi dengan kedua mata berbinar. “Iya, Nona..”

Nata langsung membawa wanita itu ke dalam pelukannya. Memeluk dengan sangat erat, penuh dengan rasa gembira yang membuncah. “FINALLY! Nyonya Zhang.. huhuhu..” Teriakan penuh sukacita itu kemudian diiringi dengan air mata haru. Nyonya Zhang menepuk pelan punggung Nata. “You’ve done well, Nona Nata. Your mom is really proud of you, always.”

Nata menggeleng, masih dalam pelukan Nyonya Zhang. “Gak. Mami gapernah proud of me.”

She is always proud of you. But she never expressed it.”

“Gak usah belain Mami. I know her well.”

Nyonya Zhang menghela nafas panjang lantas melepas pelukan Nata. “Ya sudah kalau tidak percaya dengan apa yang saya katakan. Hari ini pengumuman Oswald Award kan ya, Nona? Hasil A test Anda juga akan bisa dilihat hari ini ya?”

Nata membeku, menatap Nyonya Zhang getir. Ia lupa bahwa dua hal krusial dalam hidupnya akan segera datang. Dua hal yang bisa membuatnya terbebas dari belenggu klan Rutherford. Namun, sedikit banyak, Nata merasa sebenarnya ia tidak ingin meninggalkan Mami sendirian setelah mengetahui bagaimana kelam dan dinginnya untuk menjadi anggota klan besar semacam Rutherford ini. Walaupun Mami memang rasanya senantiasa kejam padanya, namun kini, Nata mulai mengerti bahwa alasan klasik yang senantiasa Mami ucapkan padanya, ‘for your own sake’, sungguh benar adanya.

“Nona?”

Nyonya Zhang berusaha mendapatkan perhatian gadis itu kembali karena Nata terlihat melamun, terbuai dalam pikirannya sendiri.

“Ah.. you’re right. Aku kayaknya bakalan pulang lebih malam ya, Nyonya Zhang.”

“Kalau Nona sengaja pulang lebih malam karena takut bertemu dengan Nyonya Besar setelah pengumuman hasil, saya rasa Nona tidak perlu mengkhawatirkan itu. Nyonya akan pergi ke luar kota hingga lusa.”

Lagi dan lagi, Nyonya Zhang yang memang mengerti dinamika hubungan ibu-anak ini, memberikan reassurance bagi Nata.

“Pulanglah ke rumah seperti biasa. Saya akan masakkan banyak makanan enak sebagai selebrasi. Bagaimana? Saya yakin Nona pasti akan get an amazing result for all of it.

I’ll tell you later ya. I’ll text you when will I go home.”

Nyonya Zhang mengangguk. Wanita tersebut kemudian membukakan pintu depan dan mengantar Nata ke dalam taksi.

Begitu taksi tersebut sudah menghilang dari pandangannya, Nyonya Zhang hanya bisa kembali menghembuskan nafasnya pelan.

Hope you’ll get happier after all of these storms ya, Nona.”

“Saya izin untuk isi bensin dulu, boleh Kak?”

Supir taksi itu melirik Nata dari kaca spionnya. Nata yang lagi-lagi sedang tidak fokus karena terlarut dalam pikirannya sendiri, tidak langsung menjawab.

“Kak?” panggilnya lagi. Nata tergugah. Gadis itu hanya mengangguk tanpa suara. Taksi pun akhirnya menepi ke stasiun pengisian BBM terdekat.

“Saya boleh beli kopi dulu, Kak?” tanya sang supir lagi setelah isi bensinnya sudah selesai. Kebetulan, memang ada kedai kopi di dalam stasiun pengisian BBM itu.

Nata menghela nafasnya, “Iya gapapa, Pak.”

Pria itu kemudian meninggalkan Nata sendirian di dalam mobil. Meninggalkan keheningan yang melingkupi serta dengung suara mesin mobil yang seakan-akan terulang bak meneror.

Perasaan kalut rasanya semakin mencekik gadis itu. Tersisa 10 menit lagi sebelum pengumuman Oswald Award dan juga hasil dari A Level Test nya.

She really feels like she wants to throw up because of her anxiety is rising. Ini urusan hidup mati bagi Nata. Tentang bagaimana ia akan hidup ke depannya. Apakah Nata bisa lepas dari klan Rutherford seperti apa yang ia inginkan dan juga sebenarnya Mami inginkan untuknya sedari lama?

Gadis itu terus menerus meremas kedua tangannya sendiri. Berusaha menenangkan diri namun nyatanya nafasnya semakin memendek. “God.. save me.” rintih Nata pelan. Keringat dingin mulai bermunculan di dahinya. “Why it takes so long..”

Tepat ketika gadis itu bergumam, pintu belakang tempatnya duduk terbuka, bersamaan dengan seseorang yang mendadak duduk di sampingnya. Nata mendelik kaget. Ia sudah nyaris berteriak, berkaca dari pengalamannya ketika hendak diculik oleh orang utusan ayahnya sendiri. Namun, detik berikutnya, ia kehilangan seluruh kata-kata berikut dengan emosi dalam dirinya. Hatinya mencelos, jantungnya bak jatuh ke dasar lambung, lidahnya kelu.

Sentuhan hangat pada punggung tangannya semakin menambahkan keterkejutan bahwa orang di sampingnya memang nyata. “Do you realize that you look like you just saw some ghosts?”

Suara khas dengan nada menyebalkan itu. Tatapan mata yang selalu lekat kepada manik matanya. Serta wangi parfum kesukaannya. Semuanya sungguh nyata?

“Sini, buka pengumumannya sama gue. Gue temenin.”

Mata Nata masih mengerjap tidak percaya, menelaah apa yang sedang terjadi. Tangan cekatan pemuda di sampingnya, mengambil ponsel milik Nata dan dengan serius mengetikkan alamat website pengumuman A Level Test. “There’s no need to worry about your Oswald award announcement. You’ll be the one that get it.”

Just Tezar being a physic.” cemooh Nata, dengan nada sebal. Iya, Tezar, pemuda di samping Nata itu, hanya bisa tersenyum tipis mendengar gadis yang selalu ia sayangi itu kembali mengomel.

Oh, how he miss her a lot like crazy.

And how she actually trembles inside, to see that this long awaited moment is finally come.

“Oh, 30 seconds left.”

Refleks, Nata mencengkram tangan Tezar, menyalurkan kegugupannya. Gadis itu memejamkan matanya erat-erat. Tezar hanya dapat memanfaatkan momen itu untuk menatap wajah yang begitu ia rindukan itu.

Begitu pukul 3 tepat, Tezar akhirnya membantu gadis itu untuk refresh page, karena tentunya Nata bahkan tidak mau membuka mata untuk melihat pengumumannya. “Lo yakin gamau liat pengumumannya?”

“Aduh…” lirih Nata pasrah. Cengkramannya pada tangan Tezar semakin mengerat. Nafasnya kembali tersengal.

Calm down, little girl. Take a deep breath slowly. I’m here. I’m always here. You’re not alone.” Tezar dengan suara paling menenangkan yang pernah Nata dengar, sedikit demi sedikit membuat gadis itu seperti tersedot kembali ke dalam realita setelah tadi lubang hitam seakan menguasai dirinya dan membuatnya terperosok kembali ke dalam rasa gugup yang mencekat.

“Mau liat bareng atau gue bantu liat duluan?”

Nata bimbang mendengar penawaran dari pemuda itu. Ia tidak yakin ia siap langsung melihatnya sekarang. Tiket hidup dan matinya sudah di depan mata sekarang. “Li-liat bareng..” ucapnya akhirnya.

Then, please open your eyes when you’re ready ya. Gue tungguin lo kok, tenang aja.” Ucapan Tezar benar-benar bak air dingin yang menyiram semrawut api berbagai macam emosi yang dirasakan oleh gadis itu sekarang. Semuanya padam.

Elusan lembut pada punggung tangan Nata membuat gadis itu semakin rileks hingga akhirnya berani untuk membuka matanya. Dan hal pertama yang ia lihat adalah tatapan yang begitu dalam dari Tezar ke arahnya. Jelas sekali, pemuda itu masih mengkhawatirkannya sebesar yang pernah Tezar lakukan dulu setiap kali Nata mengalami serangan cemasnya.

Feeling better and ready?”

Nata mengangguk pelan dan menghembuskan nafas berat nan panjang. Tezar menarik pinggang gadis itu agar jarak di antara mereka terkikis. “I keep you closer so I can catch you in case you’ll faint.” kata pemuda itu. Kembali terdengar seperti Tezar yang super menyebalkan itu. Satu pukulan keras melayang ke bahu pemuda itu.

Kidding. Nih, hp lo. Better lo yang pegang aja.” Tezar mengulurkan ponsel Nata ke depan wajah gadis itu.

“Gamau. Please, do it for me.” tolak Nata cepat. Ia menggigit bibirnya keras-keras. Ternyata rasa gugupnya masih cukup kuat.

Aight.”

Beberapa detik kemudian, Nata langsung terlonjak dan memeluk Tezar kala hasil nilainya sudah keluar. A* untuk seluruh sub test. A perfect score.

Pelukan erat disusul dengan isak tangis bahagia menjadi satu paket yang kini melingkupi Tezar dan Nata. Pemuda itu membalas pelukan Nata sama eratnya, he’s super proud. Super proud until he feels like proud is just an understatement.

Cry as much as you can, Nat. Cry your heart out loud. It’s just you and me here. No one else.

Tangis Nata semakin pecah karena instruksi Tezar. This is the happiest moment in her life.

Tiket hidup matinya kini sudah jelas menunjukkan bahwa ia bisa hidup dengan tenang sepanjang hayat ke depannya. Ditambah.. kehadiran Tezar yang begitu tidak disangka-sangka, membuat segalanya terasa lengkap. Apakah ini semua mimpi? Jika memang mimpi, Nata berharap ia tidak akan pernah bangun karenanya.

Setelah nyaris satu jam Nata menangis, energi gadis itu habis juga. Akhirnya, gadis itu mendongak dari dalam dekapan Tezar, berusaha melihat wajah pemuda itu yang sedari tadi menempatkan dagu di atas puncak kepala Nata. “Sudah?”

Nata mengangguk kecil, masih dengan manik matanya yang saling terpaku dengan kepunyaan Tezar. Pemuda itu lantas mendorong Nata menjauh dari dalam pelukannya. Kedua tangannya kini ia letakkan di pundak gadis itu.

Tezar menatap lurus ke arah Nata. “I’m always proud of you. Sekarang udah tenang kan ya? Udah siap buat buka announcementnya Oswald ? Atau gak usah karena daritadi group chat lo sama Sasha, Jiano, Satria udah rame banget. I bet it’s a good news.”

“Lo aja yang buka, Zar. I already ran out of energies.”

Tezar mengangguk-angguk kecil. Tangannya dengan cepat mengakses ponselnya dan kemudian terdiam mematung. Matanya mengerjap tidak percaya.

Kenapa.. malah namanya yang terpampang sebagai the chosen one? Ketika ia bahkan sudah tidak mengikuti beberapa rangkaiannya?

This must be wrong..” Suara Tezar berubah menjadi serak. Nata mengeryit, “What’s wrong?”

I’ll take care of it, Nat. I have to ask Pops about this.” ujar Tezar terburu. Pemuda itu nyaris saja langsung keluar dari taksi apabila Nata kalah cekatan dalam menahan lengan Tezar.

Where are you going? Zar, stay here.”

My time is up, Nat. I gotta go.”

Can you please stop this?” pinta Nata frustasi.

Stop what?”

“Dateng dan pergi sesuka hati lo.” tandas Nata, penuh amarah. Ia selalu merasa dipermainkan Tezar di saat-saat semacam ini.

I can’t stop it. If I can, I would, Nat. Please, let me go.” Tezar dengan lembut berusaha melepaskan cengkraman Nata dari lengannya.

I’ll make sure that the Oswald Award will be in your hand.” ucapnya lagi. Nata menggeleng, “It’s okay. It’s not necessary to get it now. I still can try my best to get in to Cambridge with my score now.

It’s necesssary! It’s your lifeline.” bantah Tezar keras. Nata menggeleng lagi, “You’re my lifeline.”

Tezar tersentak. Matanya menatap Nata dengan nanar. Jika begini kondisinya, bagaimana bisa ia kembali meninggalkan Nata? Ketika ia harus meninggalkan gadis itu lagi karena kondisi yang ada?

“Nat.. jangan gini.”

I’m being serious, Zar. You have to know that I haven’t live my life easily since you’re gone. You can ask Kak Noah, Niel, and Abim if you don’t believe it. I always try my best to be okay, but I always fail miserably also.”

Pandangan Nata memburam. Jemarinya sendiri kembali tertaut, berusaha meredam segala gejolak emosi yang ada. “It’s also harder knowing that you are still by my side but I couldn’t even saw you directly. Was it you that sent me mille crepes and egg benedict when I was in Boston?”

Tezar menelan ludahnya sendiri. Kerongkongannya terasa begitu kering. Seluruh kata-kata rasanya tersangkut di dalam sana.

Was it you that paid my coffee and just ran away when I wanted to say thanks?”

And.. was it you that hugged me the night before I took the exam?”

Tezar membuang muka. Nata tersenyum getir, “It was really you ya..”

Why did you choose to show up yourself today? Are you afraid that I might harm myself if the result is bad?”

Yes. You can be so reckless that I felt like I need to show up.” Tezar akhirnya mengeluarkan suara juga setelah Nata memberondongnya dengan pertanyaan berentet.

Then.. I want to ask you this one thing, Zar.”

I’ll try to answer it nicely.” tanggap pemuda itu tenang. Lebih tepatnya, berusaha tenang di antara gejolak emosi dalam dirinya.

“Lo menghilang gitu aja karena lo yang mulai buka semua kasus ini kan? Lo menghilang karena there are bigger harm if you still show yourself here? And is it my dad… that is being your biggest harm? Please jujur sama gue, Zar. You can help me to stop wondering about things that are out of my control.”

All answers for your questions is yes.

So.. Papi really killed his own son?” lanjut Nata. Suaranya semakin tercekat.

Practically not his own son. Kak Louis never had your dad’s blood running in him.”

Nata tertampar realita. Fakta yang ia dapatkan dari Mami dan juga orang lain, seluruhnya divalidasi oleh sumber informasi. Tubuhnya melemas. Rasanya ia ingin menghilang saja dari muka bumi ini. Semuanya terlihat seperti lelucon baginya.

I have to let you go.. I can’t harm you anymore.” ucap Nata parau. Hatinya bak disayat ribuan belati. Air matanya menetes tanpa bisa ia tahan lagi. Tangisnya tidak bersuara.

This is the moment she knew that both of them are fated to not cross each other’s path again.

I have to let you go..” Suara Nata berulang, semakin parau, bak kaset rusak. “Can you promise me one thing, Zar?”

What is it?” Tezar juga menahan dirinya mati-matian agar tidak melebur. Ia paling tidak bisa melihat seseorang yang ia sayangi begitu menderita. Dan kini, Nata di hadapannya terlihat bahkan lebih dari kata menderita.

Promise me that you will live your life happily to the fullest. Baikan sama Pops juga walau gue tahu it’s very hard to do so. But at the end, you have no reason to hate him that much right? Ternyata bukan beliau juga yang melakukan hal-hal kotor yang selama ini lo pikirin. Dengan berdamai sama masa lalu, you can move forward easily. But, it also doesn’t mean that you have to live in the same roof again as him sih..”

Nata terhenti sejenak. Manik matanya menelisik raut wajah Tezar sesaat. Jemarinya terulur untuk mengelus pipi pemuda itu. “My journey with you has been a wonderful one. Even if it took tons of tears, I never regretted my decision to fall in love with you. Thank you, Zar.”

Gadis itu lantas memeluk Tezar erat-erat seolah tak ada hari esok. Dan memang, Nata menganggapnya seperti itu. Tidak ada hari esok untuk kembali menatap manik hazel kecoklatan favoritnya. She has to let him go. Because she knows that he deserves more happiness in his life, without danger and pain anymore.

Thank you too, Nat. You’ll always be the greatest blessings that I’ve ever received in my life. I have to go. I can’t stay longer. I have packed schedules here to wrap things up.” Tezar mendorong badan Nata menjauh. Melepas pelukan mereka.

Wrap things up? To solve the case?”

Tezar mengangguk sebagai jawaban. “Wish me tons of luck.”

Always, Zar. Always.”

Detik berikutnya, Nata mematung karena terasa bekas hangat di bibirnya. Tezar pun dalam sekejap mata menghilang dari dalam mobil. Sungguh, pemuda itu sanggup untuk terus membuat Nata kehilangan kata-katanya dan mematung.

Senyum tipis terulas walau kini air mata meleleh tanpa bisa ia tahan. People said if you really love someone, you have to let him or her go.

And now, she did it.

--

--

aurevoiruna
aurevoiruna

Written by aurevoiruna

kindly check my writings at twitter @aurevoiruna

No responses yet